Rabu, 19 Oktober 2016

laporan pengukuran tingkat kebisingan

Laporan Praktikum Ergonomika


PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN
Nama   : Khairul Azial
NIM     : 1305106010026
Kelas    : Selasa, 10:00 WIB
Asisten : Ari Irvansyah


unduhan.jpg



LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN ERGOTRONIKA
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2016

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam opersional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka sejak awal perlu tentang kemungkinan timbulnya dampak baik terhadap tenaga kerja maupun pada masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dampak yang ditimbulkan berupa penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja dapat digolongkan dengan beberapa jenis yaitu fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis. Kebisingan, yang termasuk dalam golongan fisik, dapat menyebabkan kerusakan pendengaran/tuli.
Kebisingan yang terus menerus akan menimbulkan ketulian secara perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Dengan kondisi seperti ini jarang disadari oleh penderita sehingga ketika penderita baru menyadari menderita ketulian stadium akhir sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Maka akan mempengaruhi produktivitas dalam bekerja. disamping itu, ketulian juga akan mengganggu komunikasi.
Secara kasar gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari yaitu normal berarti tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m), sedang berarti kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai dari jarak > 1,5 m, menengah berarti kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak > 1,5 m, berat berarti kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak > 1,5 m, sangat berat berarti kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak < 1,5 m, dan tuli total berarti kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi.
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur tingkat kebisingan sekitar kompleks FPL dan membuat peta kontur kebisingan.



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tempat kerja. Bahkan bunyi yang tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik atau komputer, mesin cetak dan sebagainya. Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari kerja kita, tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan, bunyi mesin yang melebihi ambang batas pendengaran. Bunyi yang tidak dikehendaki inilah yang disebut dengan kebisingan ( Notoatmojo, 2003)
Untuk mengetahui intensitas bising dilingkungan kerja, digunakan sound level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan noise dose meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas (NAB) intensitas bising adalah 85 dB dan waktu kerja minimum adalah 8 jam per hari. Sound level meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk (Nasri,1997).
Nilai ambang batas kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja  8jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 / MEN/ 1978, nilai ambang batas untuk kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 80 jam seminggunya (Buchari, 2007).



BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan dilaboratorium instrumentasi dan ergotronika jurusan teknik pertanian fakultas pertanian universitas syiah kuala pada hari selasa tanggal  24 Mei 2016 pada jam 10:00 WIB.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah :
1.      Sound level meter
2.      Meteran
3.      Patok kayu
4.      Alat tulis
3.3. Cara Kerja
Flowchart: Terminator: selesai

 


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Data Hasil Pengamatan
Tabel 1. Zona kebisingan
NO
ZONA
TINGKAT KEBISINGAN dB(A)
Maks yang dianjurkan
Maks yang diperbolehkan
1
Zona A : tempat penelitian, rumah sakit dan sejenisnya
35
45
2
Zona B : perumahan, sekolah, tempat rekreasi dan sejenisnya
45
55
3
Zona C : perkantoran, pasar dan sejenisnya
55
60
4
Zona D : pabrik, stasiun, dan sejenisnya
60
70

4.2.  Pembahasan
Kebisingan merupakan suara yang tak dikehendaki”yang dapat mengganggu tidur serta aktivitas lain, dapat mengakibatkan efek pada Kesehatan terutama pada pendengaran bahkan bisa mengakibatkan kehilangan pendengaran. Sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu:
  1. Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer, pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
  2. Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi.
Kebisingan dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
  1. Kebisingan yang kontinu dengan spectrum frekuensi yang luas (Steady state, wide band noise), misaknya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.
  2. Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
  3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di lapangan udara.
  4. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan, dan lain-lain.
  5. Kebisingan impulsive  berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

Beberapa factor yang berkaitan dengan kebisingan,  yaitu :
1.  Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah satuan getaran yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik), dengan satuan hertz (Hz). Frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia mulai dari 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz.
2.  Intensitas suara
Intensitas suara didefinisikan sebagau energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui gelombang suara menujuarah perambatan dalam media (udara, air, benda,dan sebagainya).

3.  Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada arah tertentu.
4.  Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah satuan kecepatan perpindahan perambatan udara per satuan    waktu.
5.  Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu siklus.
6.  Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitude dengan satuan detik.
7.  Oktave band
Oktave band merupakan kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat didengar dengan baik oleh manusia.
8.  Frekuensi bandwidth
Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara industri.
9.  Puretone
Puretone adalah gelombang suara yang terdiri hanya dari satu jenis amplitudo dan satu jenis frekuensi
10. Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo tertentu. Satuannya adalah phon, 1phon setara dengan 4 dB pada frekuensi 1000 Hz.
11. Kekuatan suara
Kekuatan suara adalah satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan waktu. 
12. Tekanan suara  
 Tekanan suara adalah satuan daya tekan suara per satuan luas. 

Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik fisik, waktu berlangsung dan waktu. Ada beberapa gangguan yang diakibatkan oleh kebisingan diantaranya :
1.    Gangguan Pendengaran
 Pendengaran manusia merupakan salah satu indera yang berhubungan dengan komunikasi audio/suara. Alat pendengaran yang berbentuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu merespon seuara pada kisaran 0-140 dB tanpa menimbulkan rasa sakit.
Sensitifitas pendengara pada manusia yang dikaitkan dengan suara paling lemah yang masih ddapat didengar disebut ambang pendengaran, sedangkan suara yang paling tinggi yang masih dapat didengar tanpa menimbulkan rasa sakit disebut ambang rasa sakit. Kerusakan pendengaran (dalam bentuk ketulian) merupakan penurunan sensitifitas yang berlangsung secara terus-menerus. Tindak pencegahan terhadap ketulian akibat kebisingan memerlukan kriteria yang berhubungan dengan tingkat kebisingan maksimum dan lamanya kebisingan yang diterima. 
Lebarnya interval tekanan suara dan frekuensi yang dapat diterima oleh telinga manusia membuat telinga manusia memiliki kawasan-kawasan yang peka suara dan jika dipetakan pada suatu grafik frekuensi versus arah tekanan suara akan memperlihatkan adanya auditory sensation area. Kawasan tersebut dibagian atas dibatasi oleh ambang pendengaran yaitu suatu arah tekanan suara maksimal yang masih bisa direspon oleh pendengaran tanpa merusaknya, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh ambang pendengaran minimum yaitu arah tekanan minimal yang dibutuhkan untuk merangsang pendengaran 
2. Gangguan Kesehatan
Kebisingan berpoensi untuk mengganggu kesehatan manusia apabila manusia terpapar aras suara dalam suatu perioda yang lama dan terus-menerus. Aras suara 75 dB untuk 8 jam kerja per hari jik ahanya terpapar satu hari saja pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesehatan, tetapi apabila berlangsung setiap hari, maka suatu saat akan melewati suatu batas dimana paparan kebisingan tersebut akan menyebabkan hilangnya pendengaran seseorang (tuli). 
       Untuk beberapa kasus paparan kebisingan, dampaknya terhadap kesehatan lebih banyak bersifat individual dan tidak bisa dipukul rata untuk sekelompok populasi manusia sehingga dalam hal ini diperlukan suatu fungsi pembobotan yang dipilih untuk menentukan risiko dampak kebisingan terahdap sekelompok populasi manusia. Fungsi ini disebut fungsi pembobotan proteksi pendengaran. Risiko dampak kebisingan terhadap ketulian populasi. Selain gangguan terhadap sistem pendengaran, dan usia anggota berpengaruh atau dapat menimbulkan gangguan terhadap mental, emosional, serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah, an menjadi lebih peka atau mudah tersinggung, melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah. 
Kebisingan dapat dikendalikan dengan :
1.    Menepatkan peredam pada sumber getaran.
Hal terakhir ini sangat tergantung pada permintaan para usahawan sebagai pembeli mesin-mesin kepada pabrik pembuatannya dengan menunjukan persyratan kebisingan dari mesin sebelumnya. Bukan saja tingkat bahaya yang diperhatikan, tetapi juga intensitas yang dapat diterima sebagai tidak menganggu daya kerja. Hal ini sangat mahal dan kurang efektif, maka dari itu perencanaan sejak semula adalah paling utama.
2.    Penempatan penghalang pada jalan transmisi
Isolasi tenaga kerja atau mesin adalah usaha segera dan baik bagi usaha mengurangi kebisingan. Untuk ini  perencanaan harus sempurna dan baha – bahan yang dipakai harus mampu menyerap suara. Bahan – bahan penutup harus dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat.
3.    Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga
Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat demikian harus diseleksi, sehingga dipilih yang tepat. Alat – alat ini mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20 – 25 dB. Harus diusahakan perbaikan komunikasi, sebagai akibat pemakaian alat – alat ini. Problematik utama pemakaian alat proteksi pendengaran adalah mendidik tenaga kerja agar kontinue mengunakannya.
Dampak kebisingan pada manusia antara lain adalah :
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
5. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.

Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
1. Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.
2. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
a. Tingginya level suara
b. Lama paparan
c. Spektrum suara
d. Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar
e. Kepekaan individu
f. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya
g. Keadaan Kesehatan
3. Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4. Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal denganprebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.
5. Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri







BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa diambil adalah :
1.      Kebisingan merupakan suara yang tak dikehendaki”yang dapat mengganggu.
2.      Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer, pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
3.      Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi.
4.      Beberapa factor yang berkaitan dengan kebisingan,  yaitu : frekuensi, intensitas suara, amplitudo,  kecepatan suara, panjang gelombang, periode, dan lain-lain.
5.      Untuk meredam kebisingan ada beberapa cara, yaitu : menggunakan peredam, menggunakan penghalang bunyi, dan menggunakan penutup atau sumbat telinga.
5.2.Saran
Adapun saran saya adalah kedepannya dipraktekkan cara pengukurannya.



DAFTAR PUSTAKA
Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Erlangga.                          Jakarta .

Nasri. 1997.  Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja.                             Gramedia. Bandung.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar