Laporan Praktikum Ergonomika
PENGUKURAN
TINGKAT KEBISINGAN
Nama
:
Khairul Azial
NIM : 1305106010026
Kelas : Selasa, 10:00 WIB
Asisten : Ari Irvansyah

LABORATORIUM
INSTRUMENTASI DAN ERGOTRONIKA
JURUSAN
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
BANDA ACEH
2016
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam opersional di
tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka sejak awal
perlu tentang kemungkinan timbulnya dampak baik terhadap tenaga kerja maupun
pada masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dampak yang ditimbulkan berupa
penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja dapat digolongkan dengan beberapa
jenis yaitu fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis.
Kebisingan, yang termasuk dalam golongan fisik, dapat menyebabkan kerusakan
pendengaran/tuli.
Kebisingan yang terus
menerus akan menimbulkan ketulian secara perlahan, dalam waktu hitungan bulan
sampai tahun. Dengan kondisi seperti ini jarang disadari oleh penderita
sehingga ketika penderita baru menyadari menderita ketulian stadium akhir sudah
tidak bisa disembuhkan lagi. Maka akan mempengaruhi produktivitas dalam
bekerja. disamping itu, ketulian juga akan mengganggu komunikasi.
Secara kasar gradasi
gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan
parameter percakapan sehari-hari yaitu normal berarti tidak mengalami kesulitan
dalam percakapan biasa (6m), sedang berarti kesulitan dalam percakapan sehari-hari
mulai dari jarak > 1,5 m, menengah berarti kesulitan dalam percakapan keras
sehari-hari mulai jarak > 1,5 m, berat berarti kesulitan dalam percakapan
keras/berteriak pada jarak > 1,5 m, sangat berat berarti kesulitan dalam
percakapan keras/berteriak pada jarak < 1,5 m, dan tuli total berarti
kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi.
1.2.Tujuan
Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengukur tingkat kebisingan sekitar kompleks FPL dan
membuat peta kontur kebisingan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bunyi adalah
sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
tempat kerja. Bahkan bunyi yang tangkap melalui telinga kita merupakan bagian
dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik atau komputer, mesin cetak
dan sebagainya. Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian
dari kerja kita, tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan, bunyi mesin
yang melebihi ambang batas pendengaran. Bunyi yang tidak dikehendaki inilah
yang disebut dengan kebisingan ( Notoatmojo, 2003)
Untuk
mengetahui intensitas bising dilingkungan kerja, digunakan sound level meter.
Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan audiometer. Untuk menilai
tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan noise dose meter karena pekerja
umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai
ambang batas (NAB) intensitas bising adalah 85 dB dan waktu kerja minimum
adalah 8 jam per hari. Sound level
meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar,
maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap
oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk (Nasri,1997).
Nilai ambang batas kebisingan adalah angka dB
yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 / MEN/ 1978,
nilai ambang batas untuk kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tertinggi
dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak
lebih dari 8 jam sehari atau 80 jam seminggunya (Buchari, 2007).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan dilaboratorium instrumentasi dan
ergotronika jurusan teknik pertanian fakultas pertanian universitas syiah kuala
pada hari selasa tanggal 24 Mei 2016 pada jam 10:00 WIB.
3.2. Alat dan
Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah :
1. Sound level
meter
2. Meteran
3. Patok kayu
4. Alat tulis
3.3. Cara Kerja
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
Tabel 1. Zona kebisingan
NO
|
ZONA
|
TINGKAT
KEBISINGAN dB(A)
|
|
Maks yang dianjurkan
|
Maks yang diperbolehkan
|
||
1
|
Zona A :
tempat penelitian, rumah sakit dan sejenisnya
|
35
|
45
|
2
|
Zona B :
perumahan, sekolah, tempat rekreasi dan sejenisnya
|
45
|
55
|
3
|
Zona C :
perkantoran, pasar dan sejenisnya
|
55
|
60
|
4
|
Zona D :
pabrik, stasiun, dan sejenisnya
|
60
|
70
|
4.2. Pembahasan
Kebisingan merupakan
suara yang tak dikehendaki”yang dapat mengganggu tidur serta aktivitas lain,
dapat mengakibatkan efek pada Kesehatan terutama pada pendengaran bahkan bisa
mengakibatkan kehilangan pendengaran. Sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam 2
kelompok, yaitu:
- Bising
interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin
gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer,
pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
- Bising
eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi.
Kebisingan
dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
- Kebisingan
yang kontinu dengan spectrum frekuensi yang luas (Steady state, wide band
noise), misaknya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.
- Kebisingan
kontinu dengan spectrum frekuensi sempit (steady state, narrow band
noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
- Kebisingan
terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di
lapangan udara.
- Kebisingan
impulsive (impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan
bedil atau meriam, ledakan, dan lain-lain.
- Kebisingan impulsive
berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
Beberapa
factor yang berkaitan dengan kebisingan, yaitu :
1. Frekuensi
Frekuensi
adalah jumlah satuan getaran yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik), dengan
satuan hertz (Hz). Frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia mulai dari
20 Hz sampai dengan 20.000 Hz.
2. Intensitas
suara
Intensitas
suara didefinisikan sebagau energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui
gelombang suara menujuarah perambatan dalam media (udara, air, benda,dan
sebagainya).
3. Amplitudo
Amplitudo
adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada arah
tertentu.
4. Kecepatan
suara
Kecepatan
suara adalah satuan kecepatan perpindahan perambatan udara per
satuan waktu.
5. Panjang
gelombang
Panjang
gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu siklus.
6. Periode
Periode
adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitude dengan satuan detik.
7. Oktave
band
Oktave
band merupakan kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat
didengar dengan baik oleh manusia.
8. Frekuensi
bandwidth
Frekuensi
bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara industri.
9. Puretone
Puretone
adalah gelombang suara yang terdiri hanya dari satu jenis amplitudo dan satu jenis
frekuensi
10. Loudness
Loudness
adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo tertentu. Satuannya
adalah phon, 1phon setara dengan 4 dB pada frekuensi 1000 Hz.
11. Kekuatan suara
Kekuatan
suara adalah satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan
waktu.
12.
Tekanan suara
Tekanan suara adalah satuan daya tekan suara per satuan luas.
Tekanan suara adalah satuan daya tekan suara per satuan luas.
Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada
karakteristik fisik, waktu berlangsung dan waktu. Ada beberapa gangguan yang
diakibatkan oleh kebisingan diantaranya :
1. Gangguan Pendengaran
Pendengaran manusia merupakan salah satu indera
yang berhubungan dengan komunikasi audio/suara. Alat pendengaran yang berbentuk
telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu merespon seuara pada kisaran
0-140 dB tanpa menimbulkan rasa sakit.
Sensitifitas pendengara pada manusia yang dikaitkan
dengan suara paling lemah yang masih ddapat didengar disebut ambang
pendengaran, sedangkan suara yang paling tinggi yang masih dapat didengar tanpa
menimbulkan rasa sakit disebut ambang rasa sakit. Kerusakan pendengaran (dalam
bentuk ketulian) merupakan penurunan sensitifitas yang berlangsung secara
terus-menerus. Tindak pencegahan terhadap ketulian akibat kebisingan memerlukan
kriteria yang berhubungan dengan tingkat kebisingan maksimum dan lamanya
kebisingan yang diterima.
Lebarnya interval tekanan suara dan frekuensi yang dapat diterima oleh
telinga manusia membuat telinga manusia memiliki kawasan-kawasan yang peka
suara dan jika dipetakan pada suatu grafik frekuensi versus arah tekanan suara
akan memperlihatkan adanya auditory sensation area. Kawasan tersebut dibagian
atas dibatasi oleh ambang pendengaran yaitu suatu arah tekanan suara maksimal
yang masih bisa direspon oleh pendengaran tanpa merusaknya, sedangkan bagian
bawah dibatasi oleh ambang pendengaran minimum yaitu arah tekanan minimal yang
dibutuhkan untuk merangsang pendengaran
2. Gangguan Kesehatan
Kebisingan berpoensi untuk mengganggu kesehatan
manusia apabila manusia terpapar aras suara dalam suatu perioda yang lama dan
terus-menerus. Aras suara 75 dB untuk 8 jam kerja per hari jik ahanya terpapar
satu hari saja pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesehatan, tetapi apabila
berlangsung setiap hari, maka suatu saat akan melewati suatu batas dimana
paparan kebisingan tersebut akan menyebabkan hilangnya pendengaran seseorang
(tuli).
Untuk beberapa
kasus paparan kebisingan, dampaknya terhadap kesehatan lebih banyak bersifat
individual dan tidak bisa dipukul rata untuk sekelompok populasi manusia
sehingga dalam hal ini diperlukan suatu fungsi pembobotan yang dipilih untuk
menentukan risiko dampak kebisingan terahdap sekelompok populasi manusia.
Fungsi ini disebut fungsi pembobotan proteksi pendengaran. Risiko dampak kebisingan
terhadap ketulian populasi. Selain gangguan terhadap sistem pendengaran, dan
usia anggota berpengaruh atau dapat menimbulkan gangguan terhadap mental,
emosional, serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional
berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah, an menjadi lebih peka atau
mudah tersinggung, melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon
adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah.
Kebisingan
dapat dikendalikan dengan :
1. Menepatkan
peredam pada sumber getaran.
Hal terakhir ini sangat tergantung pada permintaan
para usahawan sebagai pembeli mesin-mesin kepada pabrik pembuatannya dengan
menunjukan persyratan kebisingan dari mesin sebelumnya. Bukan saja tingkat
bahaya yang diperhatikan, tetapi juga intensitas yang dapat diterima sebagai
tidak menganggu daya kerja. Hal ini sangat mahal dan kurang efektif, maka dari itu
perencanaan sejak semula adalah paling utama.
2. Penempatan
penghalang pada jalan transmisi
Isolasi tenaga kerja atau mesin adalah usaha segera
dan baik bagi usaha mengurangi kebisingan. Untuk ini perencanaan harus
sempurna dan baha – bahan yang dipakai harus mampu menyerap suara. Bahan –
bahan penutup harus dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan
yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat.
3. Proteksi
dengan sumbat atau tutup telinga
Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat
telinga. Alat demikian harus diseleksi, sehingga dipilih yang tepat. Alat –
alat ini mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20 – 25 dB. Harus diusahakan
perbaikan komunikasi, sebagai akibat pemakaian alat – alat ini. Problematik
utama pemakaian alat proteksi pendengaran adalah mendidik tenaga kerja agar
kontinue mengunakannya.
Dampak
kebisingan pada manusia antara lain adalah :
1. Gangguan
Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu,
apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat
berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan
pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek
pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh
rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin,
tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan
Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman,
kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima
dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis,
jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
3. Gangguan
Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking
effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau
gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara
berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda
bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan
seseorang.
4. Gangguan
Keseimbangan
Bising
yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo)
atau mual-mual.
5. Efek pada
pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan
pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah
diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada
pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah
pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus
di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali,
biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi
sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk
percakapan.
Macam-macam
gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
1. Tuli
sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan
intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya
sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja
diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.
2. Tuli
Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan
waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Tingginya
level suara
b. Lama
paparan
c. Spektrum
suara
d. Temporal
pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih
besar
e. Kepekaan
individu
f. Pengaruh
obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik)
ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine,
aspirin, dan beberapa obat lainnya
g. Keadaan
Kesehatan
3. Trauma
Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak
sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan
tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi,
ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang
dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf
sensoris pendengaran.
4. Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat
pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal
denganprebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala
ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan
bising ditempat kerja.
5. Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya
gangguan pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang
yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan
hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan
audiometri
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa diambil adalah :
1.
Kebisingan
merupakan suara yang tak dikehendaki”yang dapat mengganggu.
2. Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah
tangga, atau mesin-mesin gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu,
kipas angin, komputer, pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
3.
Bising
eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi.
4. Beberapa factor yang berkaitan dengan kebisingan, yaitu : frekuensi, intensitas suara, amplitudo, kecepatan suara, panjang gelombang, periode,
dan lain-lain.
5.
Untuk
meredam kebisingan ada beberapa cara, yaitu : menggunakan peredam, menggunakan
penghalang bunyi, dan menggunakan penutup atau sumbat telinga.
5.2.Saran
Adapun saran saya
adalah kedepannya dipraktekkan cara pengukurannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari. 2007. Kebisingan
Industri dan Hearing Conservation Program. Erlangga. Jakarta .
Nasri. 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di
Tempat Kerja. Gramedia. Bandung.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar